Jumat, 11 Januari 2008

Variasi Dalam Belajar

Seharian kita duduk di bangku kelas dan kemudian dilanjutkan lagi di rumah atau di kost kadang membuat kita jenuh dan bosan untuk belajar. Karena hal tersebut tidak adanya variasi dalam belajar. Hanya terpaku pada satu tempat saja. Otomatis rasa malas pada diri kita akan muncul. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ada beberapa cara agar kita tidak merasa cepat bosan dan jenuh dalam belajar juga untuk membuat suasana belajar menjadi enjoy :
  1. Saat belajar hendaknya kita memilih tempat yang benar-benar bebas dari gangguan luar. Misalnya di teras, di kamar, ruang tamu, dan tempat lain yang kita anggap nyaman untuk belajar. Karena hal itu benar-benar dapat membantu kita dalam berkonsentrasi saat belajar.
  2. Apabila kita seorang pecinta musik dan benar-benar tidak bisa belajar tanpa iringan musik, nggak ada salahnya sambil mendengarkan musik. Asalkan kewajiban utama kita untuk belajar tidak ditinggalkan.
  3. Jangan membuang-buang waktu. Maksudnya kita mempunyai target tertentu dalam belajar.
  4. Kadang kita bosan belajar di rumah terus atau di kamar kost, sekali-kali bolehlah kita mencari suasana baru misal belajar di rumah atau di kost teman.
  5. Ini yang mungkin sering kita anggap remeh. Yaitu membuat buku catatan kita semenarik mungkin agar tidak bosan membaca buku catatan kita.
Mungkin di luar kampus atau di luar sekolah kita mempunyai banyak kegiatan yang lainnya. Agar kita tidak malas dalam belajar, maka jangan jadikan belajar itu sebagai beban. Tapi jadikan belajar sebagai kebutuhan kita. Dan ciptakan suasana yang benar-benar enjoy dalam kita belajar. Demikian beberapa contoh variasi dalam belajar, dan ada sebuah pepatah mengatakan " Kejarlah apa yang menjadi cita-citamu ". CAYO !!!!

Selasa, 08 Januari 2008

Etika Komputer


Jika di dunia nyata kita dianggap sebagai negara yang termasuk tinggi tingkat korupsi dan pelanggaran hukumnya, maka di dunia maya ternyata tidak jauh berbeda. Baru-baru ini dilaporkan bahwa kejahatan (fraud) yang dilakukan oleh pengguna Internet Indonesia menduduki nomor satu dari segi persentase (yaitu perbandingan jumlah transaksi palsu dan transaksi benar) dan nomor tiga dari segi volume transaksi. Lepas dari akurat atau tidaknya laporan ini, hasil ini sungguh sangat menyedihkan. Bagaimana kita berubah dari bangsa yang ramah-tamah menjadi bangsa maling? Dugaan saya hal ini terkait dengan etika. Ketika negara lain menjadi target dari pekerjaan outsourcing IT, Indonesia tidak dilirik. Padahal negara seperti Vietnam mulai mendapat perhatian. Salah satu alasan untuk tidak memilih Indonesia adalah persepsi rendahnya etos kerja orang Indonesia. Misalnya, jam masuk kantor adalah jam 8 pagi, tapi banyak orang datang terlambat. Kemudian waktu pulang kantor adalah jam 5 sore, akan tetapi jam 4 sudah titip kartu absensi ke kawan dan pulang duluan. Lagi-lagi etika. Apakah hanya sekedar persepsi ataukah memang ini fakta? Seharusnya kita memahami etika. Sayangnya, asumsi kita salah. Yang seharusnya terjadi, tidak terjadi. Kita belum memahami etika. Lebih jauh lagi karena kita merasa bahwa kita sudah memahami etika maka dia tidak diajarkan, menjadikan kita lebih buruk lagi. Selain tidak tahu, ada juga kondisi di mana orang lupa. Kita banyak belajar dengan cara meniru apa yang dilakukan orang lain, tanpa mengetahui bahwa itu benar atau tidak. Dalam dunia social engineering hal ini dikenal dengan istilah social validation atau pembenaran. Sebagai contoh, kita (mungkin) tahu menggunakan kartu kredit milik orang lain adalah perbuatan yang tidak benar. Akan tetapi bila banyak orang melakukannya, tidak mendapat teguran, dan bahkan mendapat pujian, maka pengguna baru akan menganggap bahwa ini merupakan hal yang lumrah dan bahkan menimbulkan minat.

Adapun saya lampirkan juga "Sepuluh Perintah untuk Etika Komputer Dari Institut Etika Komputer" :
  1. Jangan menggunakan komputer untuk membahayakan orang lain.
  2. Jangan mencampuri pekerjaan komputer orang lain.
  3. Jangan mengintip file orang lain.
  4. Jangan menggunakan komputer untuk mencuri.
  5. Jangan menggunakan komputer untuk bersaksi dusta.
  6. Jangan menggunakan atau menyalin perangkat lunak yang belum kita bayar.
  7. Jangan menggunakan sumber daya komputer orang lain tanpa otorisasi.
  8. Jangan mengambil hasil intelektual orang lain untuk diri kita sendiri.
  9. Pikirkanlah mengenai akibat sosial dari program yang kamu tulis.
  10. Gunakanlah komputer dengan cara yang menunjukkan tenggang rasa dan rasa penghargaan.

untuk SaHaBaT

Hari berganti hari, ia datang dan pergi. Pergilah kepadanya dan berikan sekuntum bunga dari rambutku ini, sahabat. Jika ia bertanya siapa yang mengirimkannya, aku minta padamu jangan sebut namaku—karena dia hanya datang dan pergi. Ia duduk diatas tanah dibawah pohon itu. Bentangkanlah alas duduk dari bunga-bunga dan dedaunan, Sahabat. Matanya sendu dan itu membuat luka dalam hatiku. Ia tak pernah mengatakan apa yang tersimpan dalam hatinya; ia hanya dating dan pergi.
Jangan engkau simpan sendiri rahasia hatimu, sahabatku!. Katakan kepadaku, hanya kepadaku, dengan diam-diam. Engkau yang tersenyum begitu lembut, berbisik halus, hatikulah yang ingin mendengar rahasia itu, bukan telingaku. Malam telah larut, rumah ini sunyi, dan sarang burung-burung tertangkup dalam tidur. Katakan rahasia hatimu kepadaku dengan airmata yang terpana, lewat senyuman yang ragu, lewat malu yang manis, dan kepedihan.!
Engkau awan senja yang melayang di langit mimpi-mimpiku. Kulukiskan engkau dengan warna-warni kerinduan hati. Engkau milikku, milikku, pengelana dalam mimpi-mimpiku yang tak bertepi!. Kakimu merah mawar oleh bara gairah hatiku, pemungut nyanyian senjaku!. Bibirmu manis –pedih oleh anggur kesedihanku. Engkau milikku, milikku, pengelana dalam mimpi-mimpiku yang sunyi!. Dengan hembusan nafasku kugelapkan matamu, pemburu dipadang hatiku. Aku telah menangkap dan menjeratmu, kekasihku, dalam jala musikku. Engkau milikku, milikku, pengelana dalam mimpi- mimpiku yang abadi.

Menuntun Dengan Hati

Mendapatkan hidayah dari Allah jelas merupakan impian setiap hamba perindu surga. Hidayah memang mahal, dan dosa memang dibenci Allah. Namun kesyukuran hidayah bukan bermakna merasa sombong , lebih tinggi, dan lebih alim, untuk kemudian menjadi mudah menghina, memaki, dan merendahkan orang lain. Seolah diksi “penusuk hati” menjadi pilihan halal yang terpuji? Apakah memang hidayah telah mencabut nurani?
Disisi lain, hidayah ini adalah juga sebuah jebakan, jika kita tidak hati-hati. Banyak penyeru dakwah yang kemudian justru tergelincir karena tidak istiqamah. Menepuk air didulang, terpecik muka sendiri. Bukankah tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok pagi? Kita juga belum lupa bahwa kemarin, kita adalah bagian dari mereka.
Hidayah juga sebuah amanah. Risalah rahmah sebagai substansi hidayah, haruslah dibagikan kepada sebanyak mungkin penghuni semesta alam; manusia, hewan, tumbuhan, bahkan benda mati. ciri khas syariat yang menebar rahmat, tentulah bukan hadir sebagai dakwah dengan menebar ketakutan bagi sesama, kecuali atas alasan yang benar. Bukan yang dianggap benar karena merasa benar.
Ia haruslah berupa air penawar dahaga dan bukan api pengobar dengki. Ia serupa tongkat penuntun sebab banyak yang buta, sedang jalan begitu terjalnya. Menentramkan dan bukan menggelisahkan. Membangun dan bukan merobohkan. bersikap lemah lembut dalam dakwah adalah pilihan terbaik selama bukan dengan prinsip yang berubah atau membuat syariat bid'ah. Sebab syariat ini kuat dan berat, hingga harus dibawa dengan kelembutan agar manusia yakin bahwa ia sebenarnya mudah. Agar mereka tahu bahwa menolaknya adalah kebodohan dan kerugian.
Bukankah kelembutan itu adalah perhiasan, dan kehilangan adalah kekotoran? Sedang jiwa manusia pastinya lebih tertarik kepada manusia yang berbuat baik dan lemah lembut kepadanya, dan membenci yang menyakiti dirinya dan kasar dalam berkata-kata. Lemah lembut akan menjaga pemiliknya dari berbagai fitnah dan marah. Ia akan menjadi sebab datangnya kemenangan, insya Allah. Kecuali kita memang 'sakit'. Sehingga kekerasan ini hakikatnya adalah ekspresi kotornya hati dan upaya menutupi kekurangan diri.
Hati yang bersih, ruhiyah yang kuat, serta kemampuan melihat dari sudut pandang tertuduh, akan menghasilkan padu padan yang cantik. Bahwa kita memang harus menuntun dengan hati.
Mari kita memohon kepada Sang Rahman agar menghiasi akhlak kita dengan kelembutan, sebab Dia-lah sumber mata air kelembutan yang takkan pernah kering, meski kemarau panjang meranggas hutan jati seluruh negeri. Sungguh, lemah lembutnya sikap adalah anugrah dari langit! Wallahua'alam. (Abu Safana/Ar-Risalah)